HAPPY 184 DAYS
L4V3R ♥ I am Sorry I Love U. I Want in Everyday, Everything, Everywhere to Be With U Thank U For Everlastingly Always Loving Me ♥ L4V3R
2012년 12월 25일 화요일
DO'AKU
YA ALLAH ku panjatkan Puji dan Syukur KehadiratMu
terimakasih KAU telah memberikan satu MAKHLUK yang benar-benar berharga di kehidupanku saat ini
semoga dia dapat menjadi IMAM dalam SHOLAT ku dan dalam kehidupanku kelak
tidak ada yang kusesali semuanya terjadi atas KEHENDAKMU
tanpa ijin DARIMU kita tidak mungkin bertahan sampai sekarang.
RIDHOI setiap langkah yang kami lalui YA ALLAH
JAUHKAN kami dari segala marabahaya dan rintangan yang menghadang YA ALLAH
SEHATKAN DAN LINDUNGI KEDUA ORANG TUA KAMI, yang telah melahirkan kami dan mendidik kami hingga saat ini YA ALLOH
semoga HUBUNGAN kami dapat menjadi bekal amal ibadah kami di akhirat nanti.
AMIIN YA ALLOH
MERELY THINKING V
AKU menarik nafas panjang. Kemudian melepaskan secara perlahan. Mencoba melegakan hati dan pikiran. Ternyata tidak sia-sia. Walau hanya sekejap, tetapi sangat berarti.
Aku pun kembali mengetuk pintu lebih keras.
Namun,
tetap saja tertutup rapat.
Tidak mungkin berpaling. Jalan untuk menuju pintu itu, memerlukan waktu cukup lama. Selain itu, berbagai situasi sulit dalam perjalanan akhirnya terlewati. Tidak ada jeda lagi, untuk membalikkan badan. Aku tetap berdiri di depan pintu yang terbuat dari kayu keras itu.
Hujan pun turun dengan lebat diselingi suara gemuruh. Membuat suasana sore semakin mencekam. Aku mencoba menahan amarah yang mulai menggetarkan seluruh tubuh.
Sungguh, sudah tidak tertahankan lagi.
Perlahan, senja beranjak pergi.
Pintu ini satu-satunya tempat aku berlari. Mencoba bersembunyi dari dusta yang ada. Semua manusia berdusta. Baik terhadap hatinya sendiri, maupun kepada manusia yang lain. Aku muak dan hendak menghindar. Pintu itu yang akan memberikan perlindungan. Dia pernah memberikan kehangatan. Dia pernah berjanji untuk menerangi ragam dusta.
Pada saat itu, aku menampiknya. Keangkuhan benar-benar menggenggam erat dan selalu membayangi.
Jangankan untuk diketuk. Aku juga tidak pernah menghampiri pintu yang ternyata selalu menanti.
Apalagi, dia sudah menyiapkan secangkir kopi dan menyediakan asbak.
Setelah sekian lama berdiri tegak dalam profesi ini, terlalu banyak dusta yang menunjukkan eksistensinya.
Mereka penipu, pembohong, pencuri, dan perampok.
Dusta itu dikemas dalam sebuah keindahan, membuai.
Perlahan ketika dusta itu mulai luntur, aku teringat kepada pintu yang kini aku berdiri di depannya.
Hujan belum juga reda. Suasana di sekitarnya berubah gelap. Karena tidak kuasa menahan amarah, akhirnya aku menangis. Duduk, dan menatap pintu yang tetap kokoh tidak bergerak. Sempat terbesit untuk mendobraknya.
Namun, lekukan ukiran yang menghiasi pintu itu terlalu indah untuk dirusak.
Pintu, terbukalah dan biarkan aku masuk.
피드 구독하기:
글 (Atom)